Tidak banyak remaja yang menyadari bahwa membaca adalah aktivitas yang sangat menyenangkan. Kebanyakan dari mereka berpikir bahwa kalau terlalu banyak membaca itu membosankan. Apalagi menulis, ini kegiatan yang sangat menguras otak, karena butuh ketajaman kata-kata dalam melakukannya. Paradigma seperti ini sebaiknya segera disapu bersih dari otak remaja. Karena jika dibiarkan maka tak usah kaget jika mengetahui kecerdasan remaja Indonesia itu masih jauh dibandingkan negara-negara lainnya, lha wong minat bacanya saja rendah sekali.
Kalau begitu, bagaimana cara menumbuhkan minat baca remaja Indonesia? Apakah mereka harus disajikan berbagai macam buku? Atau jangan-jangan minat bacanya rendah karena harga buku masih belum tergapai oleh kantong-kantong mereka? Bisa jadi demikian.
Kalau ditelisik lebih lanjut memang terdapat bermacam-macam sebab dan alasan yang membuat remaja kurang menggandrungi kegiatan membaca dan menulis. Selain karena aktivitas itu membuat mereka bosan juga karena belum adanya sarana dan prasarananya, yang tidak lain adalah buku. Karena, mereka tidak sejak dini disodori buku bacaan, sehingga mereka kurang begitu akrab dengan benda yang satu itu.
Nah, bapak Hernowo mencoba melakukan sebuah usaha. Beliau yang juga seorang guru bahasa dan Sastra Indonesia SMA pastilah sangat paham dengan apa yang dialami murid-muridnya. Ya, beliau menulis sebuah buku pembangkit semangat, atau bisa disebut buku motivasi, yang isinya mendorong remaja Indonesia untuk gemar membaca dan menulis. Beliau bahkan secara terang-terangan menyebutkan jika pembaca mau membaca bukunya itu mereka akan mampu membaca dan menulis secara 'fun'. Kalimat itu beliau sampaikan di sampul depan bukunya.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit MLC itu beliau beri judul 'Mengikat Makna'. Bagi saya judul itu menjual, membuat penasaran siapa yang membacanya. Karena jika ingin tahu lebih jauh kita harus membeli bukunya dan melahap habis isinya. Apalagi buku itu dikhususkan bagi remaja. Walau tidak menutup kemungkinan pembacanya juga bisa orang dewasa. Namun, bahasa penulisan di buku tersebut lebih dibuat meremaja, atau lebih gaul. Sehingga pembaca -yang kebanyakan remaja- tidak akan merasa digurui, dan tentunya mereka tidak akan cepat bosan dengan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit.
Selain agar membuat pembacanya termotivasi membaca dan menulis secara 'fun', bapak Hernowo juga menyajikan manfaat lain dari bukunya, yaitu mampu mengenali diri sedikit demi sedikit, mampu mencuatkan potensi unik kita, dan mampu mengubah hidup kita. Itu semua lagi-lagi beliau pampangkan di sampul depan.
Pertama kali membuka buku Mengikat Makna kita akan disambut dengan sebuah bagan (bapak Hernowo menyebutnya 'peta').
Itu adalah kutipan keterangan yang ditulis bapak Hernowo mengenai "peta" yang beliau buat. Dan memang berguna sekali. Dengan membaca "peta" tersebut kita akan mampu memasuki pikiran beliau. Kita akan segera mengetahui ke arah mana kita digiring ketika membaca buku itu. Bagian yang mengesankan adalah pada kalimat :
Aku berharap "peta" ini dapat membantu siapa saja untuk bersegera menjelajah dan meraih "harta karun" ilmu yang ada di bukuku....
Saya sungguh tertarik dengan pernyataan penulis mengenai "harta karun" ilmu. Saya seperti merasa mendapatkan sesuatu yang baru, luar biasa, dan sulit untuk diungkapkan. Betapa buku itu memiliki sisi yang fantastis (kalau boleh saya sebut begitu), karena apa? Karena buku tidak sekadar gudang ilmu, namun buku adalah "harta karun" ilmu. Luar biasa bukan?
Lewat bukunya, pak Hernowo (terasa lebih akrab disapa demikian) mengajak kita untuk memperkaya diri dengan membaca, kemudian menjaga dan menyebarkan kekayaan ilmu yang kita dapat dari buku dengan menulis. Maksudnya adalah menuliskan segala yang kita baca, apapun, entah itu manfaat atau hal lainnya yang kita dapatkan setelah kita membaca buku. Atau istilah kerennya adalah Resensi.
Oleh karena itu, di bukunya pak Hernowo menyelipkan beberapa hasil karya peserta lomba menulis resensi buku terbitan Kaifa for Teens. Dan hampir semua yang meresensi itu masih berstatus siswa SMA. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi pembaca bukunya agar mau menengok hasil karya mereka untuk kemudian mulai mempraktikannya sendiri.
Selain itu, pak Hernowo juga meminta pembaca untuk merumuskan "AMBak" (Apa Manfaatnya Bagiku?) sebelum kita menekuni kegiatan membaca dan menulis itu. Dengan begitu, kita jadi termotivasi untuk terus membaca dan menulis. Karena kita sudah merumuskan secara spesifik apa manfaat atau tujuan dari kegiatan yang kita lakoni itu.
Pak Hernowo juga meminta kita untuk memilih buku-buku yang sekiranya dapat menggerakkan pikiran kita. Jadi, tidak sembarang buku kita baca. Karena kualitas buku itulah yang menentukan sejauh mana pengetahuan kita bertambah setalah membacanya. Buku yang 'lezat' adalah buku yang ditulis oleh penulis yang hebat.
Di sub bab tersebut pak Hernowo juga mencoba membandingkan kegiatan membaca buku dengan menonton televisi atau film. Dengan membaca buku kita akan lebih aktif dibandingkan dengan ketika menonton televisi. Maksudnya adalah ketika kita membaca buku tentunya kita dipaksa lebih fokus, perhatian kita penuh kepada buku yang kita baca. Kita harus mencerna dan menafsirkan maksud dari setiap kalimat. Itulah yang disebut aktif menurut pak Hernowo.
Selain itu, kerutinan membaca buku dapat menumbuhkan dendrit dan dapat mengaktifkan koneksi antar sel-sel saraf di otak kita. Luar biasa bukan?
Tahap penting selanjutnya adalah berusaha sekuat tenaga untuk menuliskan pikiran kita secara bebas dan lepas. Menuliskan segala hal di benak kita, apa yang menyesaki dada kita, dan berkecamuk di otak kita. Nah, puncak dari itu semua, pak Hernowo menyebutnya dengan 'PLONG'.
Setelah kita melakukan itu semua, kita harus membiasakan diri kita untuk membaca dan menuliskan diri kita setiap hari. Sehingga menurut pak Hernowo otot-otot menulis kita akan lebih fleksibel jika kita membiasakannya. Selain itu, ujar beliau lagi, kita akan sampai pada hal penting lain, yaitu Mengenali Diri.
Dengan sangat lihai pak Hernowo menggunakan istilah-istilah unik untuk menyampaikan gagasannya. Sehingga di telinga seorang pembaca (dalam hal ini saya) akan terdengar asyik dan menarik. Kita benar-benar diajak hanyut dalam samudra 'Pengikatan Makna'. Beliau tak henti-hentinya mengajak kita untuk terus membaca dan menulis. Karena hanya dengan begitu kita akan bisa mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
Sungguh mengagumkan. Buku ini sangat layak dibaca para remaja yang terlalu sibuk menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, hal-hal yang tidak bisa menggerakkan pikiran mereka. Karena setelah kita menuntaskan seluruh halaman yang ada, kita seperti memiliki energi luar biasa, yang hanya kita sendiri yang tahu rasanya. Energi yang terus menerus memaksa kita untuk menjadi kita yang sebenarnya.
Pokoknya, two thumbs up!!
Semoga bermanfaat.
Kalau begitu, bagaimana cara menumbuhkan minat baca remaja Indonesia? Apakah mereka harus disajikan berbagai macam buku? Atau jangan-jangan minat bacanya rendah karena harga buku masih belum tergapai oleh kantong-kantong mereka? Bisa jadi demikian.
Kalau ditelisik lebih lanjut memang terdapat bermacam-macam sebab dan alasan yang membuat remaja kurang menggandrungi kegiatan membaca dan menulis. Selain karena aktivitas itu membuat mereka bosan juga karena belum adanya sarana dan prasarananya, yang tidak lain adalah buku. Karena, mereka tidak sejak dini disodori buku bacaan, sehingga mereka kurang begitu akrab dengan benda yang satu itu.
Nah, bapak Hernowo mencoba melakukan sebuah usaha. Beliau yang juga seorang guru bahasa dan Sastra Indonesia SMA pastilah sangat paham dengan apa yang dialami murid-muridnya. Ya, beliau menulis sebuah buku pembangkit semangat, atau bisa disebut buku motivasi, yang isinya mendorong remaja Indonesia untuk gemar membaca dan menulis. Beliau bahkan secara terang-terangan menyebutkan jika pembaca mau membaca bukunya itu mereka akan mampu membaca dan menulis secara 'fun'. Kalimat itu beliau sampaikan di sampul depan bukunya.
Buku yang diterbitkan oleh penerbit MLC itu beliau beri judul 'Mengikat Makna'. Bagi saya judul itu menjual, membuat penasaran siapa yang membacanya. Karena jika ingin tahu lebih jauh kita harus membeli bukunya dan melahap habis isinya. Apalagi buku itu dikhususkan bagi remaja. Walau tidak menutup kemungkinan pembacanya juga bisa orang dewasa. Namun, bahasa penulisan di buku tersebut lebih dibuat meremaja, atau lebih gaul. Sehingga pembaca -yang kebanyakan remaja- tidak akan merasa digurui, dan tentunya mereka tidak akan cepat bosan dengan bahasa yang ringan dan tidak berbelit-belit.
Selain agar membuat pembacanya termotivasi membaca dan menulis secara 'fun', bapak Hernowo juga menyajikan manfaat lain dari bukunya, yaitu mampu mengenali diri sedikit demi sedikit, mampu mencuatkan potensi unik kita, dan mampu mengubah hidup kita. Itu semua lagi-lagi beliau pampangkan di sampul depan.
Pertama kali membuka buku Mengikat Makna kita akan disambut dengan sebuah bagan (bapak Hernowo menyebutnya 'peta').
Aku biasa menunjukkan lebih dahulu semacam "the big picture" gagasanku. Aku yakin sekali jika para pembaca bukuku dapat memahami lebih awal tentang "gambaran besar" gagasanku, tentu kemungkinan besar mereka akan dimudahkan memasuki inti pikiranku. Gambar di halaman ini juga dapat dikatakan semacam "peta"...
Itu adalah kutipan keterangan yang ditulis bapak Hernowo mengenai "peta" yang beliau buat. Dan memang berguna sekali. Dengan membaca "peta" tersebut kita akan mampu memasuki pikiran beliau. Kita akan segera mengetahui ke arah mana kita digiring ketika membaca buku itu. Bagian yang mengesankan adalah pada kalimat :
Aku berharap "peta" ini dapat membantu siapa saja untuk bersegera menjelajah dan meraih "harta karun" ilmu yang ada di bukuku....
Saya sungguh tertarik dengan pernyataan penulis mengenai "harta karun" ilmu. Saya seperti merasa mendapatkan sesuatu yang baru, luar biasa, dan sulit untuk diungkapkan. Betapa buku itu memiliki sisi yang fantastis (kalau boleh saya sebut begitu), karena apa? Karena buku tidak sekadar gudang ilmu, namun buku adalah "harta karun" ilmu. Luar biasa bukan?
Lewat bukunya, pak Hernowo (terasa lebih akrab disapa demikian) mengajak kita untuk memperkaya diri dengan membaca, kemudian menjaga dan menyebarkan kekayaan ilmu yang kita dapat dari buku dengan menulis. Maksudnya adalah menuliskan segala yang kita baca, apapun, entah itu manfaat atau hal lainnya yang kita dapatkan setelah kita membaca buku. Atau istilah kerennya adalah Resensi.
Oleh karena itu, di bukunya pak Hernowo menyelipkan beberapa hasil karya peserta lomba menulis resensi buku terbitan Kaifa for Teens. Dan hampir semua yang meresensi itu masih berstatus siswa SMA. Hal ini dimaksudkan untuk memotivasi pembaca bukunya agar mau menengok hasil karya mereka untuk kemudian mulai mempraktikannya sendiri.
Selain itu, pak Hernowo juga meminta pembaca untuk merumuskan "AMBak" (Apa Manfaatnya Bagiku?) sebelum kita menekuni kegiatan membaca dan menulis itu. Dengan begitu, kita jadi termotivasi untuk terus membaca dan menulis. Karena kita sudah merumuskan secara spesifik apa manfaat atau tujuan dari kegiatan yang kita lakoni itu.
Pak Hernowo juga meminta kita untuk memilih buku-buku yang sekiranya dapat menggerakkan pikiran kita. Jadi, tidak sembarang buku kita baca. Karena kualitas buku itulah yang menentukan sejauh mana pengetahuan kita bertambah setalah membacanya. Buku yang 'lezat' adalah buku yang ditulis oleh penulis yang hebat.
Di sub bab tersebut pak Hernowo juga mencoba membandingkan kegiatan membaca buku dengan menonton televisi atau film. Dengan membaca buku kita akan lebih aktif dibandingkan dengan ketika menonton televisi. Maksudnya adalah ketika kita membaca buku tentunya kita dipaksa lebih fokus, perhatian kita penuh kepada buku yang kita baca. Kita harus mencerna dan menafsirkan maksud dari setiap kalimat. Itulah yang disebut aktif menurut pak Hernowo.
Selain itu, kerutinan membaca buku dapat menumbuhkan dendrit dan dapat mengaktifkan koneksi antar sel-sel saraf di otak kita. Luar biasa bukan?
Tahap penting selanjutnya adalah berusaha sekuat tenaga untuk menuliskan pikiran kita secara bebas dan lepas. Menuliskan segala hal di benak kita, apa yang menyesaki dada kita, dan berkecamuk di otak kita. Nah, puncak dari itu semua, pak Hernowo menyebutnya dengan 'PLONG'.
Setelah kita melakukan itu semua, kita harus membiasakan diri kita untuk membaca dan menuliskan diri kita setiap hari. Sehingga menurut pak Hernowo otot-otot menulis kita akan lebih fleksibel jika kita membiasakannya. Selain itu, ujar beliau lagi, kita akan sampai pada hal penting lain, yaitu Mengenali Diri.
Dengan sangat lihai pak Hernowo menggunakan istilah-istilah unik untuk menyampaikan gagasannya. Sehingga di telinga seorang pembaca (dalam hal ini saya) akan terdengar asyik dan menarik. Kita benar-benar diajak hanyut dalam samudra 'Pengikatan Makna'. Beliau tak henti-hentinya mengajak kita untuk terus membaca dan menulis. Karena hanya dengan begitu kita akan bisa mengetahui siapa diri kita sebenarnya.
Sungguh mengagumkan. Buku ini sangat layak dibaca para remaja yang terlalu sibuk menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang kurang bermanfaat, hal-hal yang tidak bisa menggerakkan pikiran mereka. Karena setelah kita menuntaskan seluruh halaman yang ada, kita seperti memiliki energi luar biasa, yang hanya kita sendiri yang tahu rasanya. Energi yang terus menerus memaksa kita untuk menjadi kita yang sebenarnya.
Pokoknya, two thumbs up!!
Semoga bermanfaat.
0 comments:
Post a Comment
nice person = nice comment