Penulis :
Tasaro GK
Penerbit : Bentang Pustaka
Penerbit : Bentang Pustaka
Tebal : 543
halaman
Harga : Rp 79,000.00
Harga : Rp 79,000.00
Buku ini adalah buku pertama dari dua buku karya Tasaro yang berkisah
tentang Muhammad SAW. Genrenya mungkin tergolong dalam novel biografi, sehingga
bagi kalian yang merasa sangat bosan dan enggan sekali membaca sirah nabawiyah
yang mungkin berat, novel ini bisa jadi pilihan yang tepat. Feel sirahnya tetap
ada, namun balutan kisah ala novelnya juga tak ketinggalan.
Membaca buku ini, kita seakan
diajak menjelajahi Persia hingga Tibet abad ke-6 M. Dengan detail yang sangat
apik, membuat imajinasi kita benar-benar terpuaskan. Mulai dari penampakan
alamnya sampai bagaimana watak penghuni lokal daerah tersebut dengan sangat
jelas dituliskan oleh Tasaro lewat dialog-dialog tokohnya.
Tasaro menggunakan tokoh Kashva
sebagai yang dominan diceritakan, namun ia bukan tokoh utamanya. Sekali lagi,
ini tentang Muhammad SAW, tentu saja yang menjadi tokoh utamanya adalah
Muhammad SAW. Kashva sediri adalah seorang pemuda yang memiliki keistimewaan
dibandingkan pemuda pada umumnya. Ia dikaruniai kecerdasan hingga sanga Raja
Persia, Khosrou menganugerahinya gelar Sang Pemindai Surga. Kashva seorang
beragama Zardhust, ia bertekad memurnikan ajaran agama di negaranya. Namun
usaha yang ia lakukan justru makin membahayakannya. Bukannya menemukan
kemudahan, ia justru menemukan fakta bahwa seseorang yang disebut sebagai
Lelaki Penggenggam Hujan memang akan datang. Ia telah mencoba mengamati dari
berbagai kitab agama lain, ia mencari bukti untuk menguatkan
argumen-argumennya. Namun, makin ia cari, bukti itu makin nyata, hingga tekad untuk
mencari kebenaran tentang lelaki yang hampir selalu disebut dalam setiap
manuskrip yang ia baca menuju sebuah langkah yang menuntunnya keluar dari
Persia. Hingga segalanya makin membuatnya tak mengerti. Termasuk pergolakan
perasaan yang ia rasakan terhadap seorang gadis. Semuanya berujung pada sesuatu
yang tak pernah ia bayangkan.
Tasaro mengemas kisah Rasulullah
sebagai sisipan dari kisah Kashva. Atau mungkin bisa dikatakan sebaliknya,
kisah Rasulullahlah yang disisipi kisah Kashva. Sehingga setiap bab seakan
diselang-seling dengan penataan yang sangat apik. Untuk kisah Rasulullah
sendiri, Tasaro membuatnya dengan cuplikan-cuplikan yang lagi-lagi sangat
detail, membuat kita yang membacanya seakan benar-benar berada dalam lingkaran
kisah ribuan tahun yang lalu bersama sang kekasih Allah itu. Semakin detail
kisah itu, semakin nyatalah rasa iri yang saya rasakan terhadap para shahabat
yang beruntung bisa mendampingi Rasulullah semasa hidupnya.
Salah satu yang menarik adalah
kisah Perang Khandaq. Betapa dengan sangat apik, Tasaro merangkai kata sehingga
membuat setiap detail kisahnya nampak nyata di depan mata. Bagaimana seorang
Salman al Farisi yang hanya seorang budak memberikan ide brilian tentang
pembangunan parit, hingga setiap detik peristiwa perang dikisahkan tanpa
sedikitpun ada bagian yang terlewatkan. Dan masih banyak kisah-kisah Rasulullah
lain yang diuraikan dengan berbagai sudut pandang, salah satu yang menurut saya
mengagumkan adalah bagaimana seorang Tasaro menggunakan sudut pandang orang
kedua untuk Rasulullah, disertai dengan pujian-pujian untuknya.
Mungkin orang akan mengira kisah
Rasulullah akan diceritakan dengan detail dari mulai ia lahir hingga ia
meninggal, tak salah memang, walaupun kisahnya diloncat-loncat, namun dengan
pilihan diksi yang menurut saya sangat empuk
dibaca, kisah yang diuraikan dalam buku tersebut tetap membuat kita yang
membacanya merasakan feel yang amat mendalam,
membuat kecintaan kepada sang pembawa risalah semakin mendalam.
Satu hal yang pasti, penggalan
kisah Rasulullah dalam buku ini insyaAllah dijamin kesahihannya, karena di
bagian akhir dari buku ini Tasaro mencantumkan referensi apa saja yang ia baca.
Hal ini sungguh membuat kisah Rasulullah menjadi suatu hal yang sangat amazing, betapa beliau memang bukanlah manusia
sembarangan, yang kisahnya bukan saja dari kabar burung namun berasal dari
sumber-sumber yang validitasnya terjamin.
Kemudian, satu hal yang menjadi
pertanyaan besar ketika membaca buku ini adalah siapa sebenarnya Kashva? Untuk
apa ia diceritakan dalam novel ini dengan begitu detail? Mungkin jawabannya
akan kita dapatkan ketika kita membaca buku kedua, namun sebenarnya dari
kisah-kisah yang dituturkan oleh Tasaro sedikit banyak kita telah menemukan
poin-poin kunci yang menjawab pertanyaan tentang identitas sebenarnya seorang
Kashva.
Terlepas dari semua keistimewaan
buku ini, tak mungkin tak ada celah yang menurut pembaca merupakan bagian yang
melemahkan. Walaupun dengan porsi yang teramat kecil, menurut saya penceritaan
Kashva yang nampaknya dengan porsi berlebihan membuat saya sejenak bosan karena
saat sedang asyik menikmati kisah Rasulullah, saya harus dihadapkan dengan
lanjutan kisah Kashva lagi yang sepertinya belum menemukan ujungnya. Namun bisa
jadi, inilah keunggulan buku ini, unpredictable.
Kisah yang melintasi waktu, tempat, dan tokoh, namun tak meninggalkan bagian
penting dari apa yang diceritakan.
Sekali lagi, buku ini recommended sekali untuk kita umat
Muslim yang mengaung-gaungkan kecintaan kepada Nabi akhir zaman ini, namun
justru tak mengenal kisahnya satupun. Saran saya, jangan hanya terpaku membaca
kisah Muhammad SAW dengan hanya membaca buku ini. Tak ada salahnya kita membuka
sirah-sirah nabawiyah karangan ulama-ulama yang kesahihannya juga tak kalah,
apalagi kedetailan kisahnya yang dilengkapi dengan hadits-hadits penyerta. Bisa
jadi itu akan membuat pemahaman kita tentang Rasulullah makin mendalam dan
kecintaan padanya tak mungkin diragukan lagi.
So, happy reading!
3 comments:
trims...
Keren
buku favorit. kagum dg keluasan ilmu bang tasaro.
sedang menunggu seri ketiga. semoga segera terbit
Post a Comment
nice person = nice comment