Sedih, harusnya itu kata yang paling tepat diungkapkan ketika bulan penuh berkah itu pergi. Ada guratan kecewa karena sepertinya amalan belum maksimal. Ada tangisan kehilangan, karena kita berada dalam ketidakpastian, apakah masih dipertemukan lagi dengannya besok atau inikah yang terakhir?? Sementara kita merasa sedang menikmati berduaan dengannya.
Tapi.. waktu tak peduli dengan apa yang kita rasakan. Waktu acuh dengan kesedihan kita. Sebaliknya, ia memberikan gantinya. Ia menyodorkan kebahagiaan. Kebahagiaan yang hampir dirasakan oleh seluruh umat islam yang menjalankan puasa. Idul fitri. Dan.. dengan berakhirnya Ramadhan, hadirlah Syawal di depan mata.
Syawal datang dengan senyuman ceria. Ia menawarkan tawa, canda, dan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga. Syawal adalah bulan bahagia. Sekaligus bulan menyedihkan. Tapi, untuk kata yang terakhir ini, sepertinya tak setiap orang mengalaminya. Banyak yang merasa Ramadhan adalah bulan pengekangan, dan dengan datangnya Syawal, maka ia merasa dibebaskan. Kalau begitu, ia tak ubahnya syetan yang dibelenggu saat Ramadhan tiba.
Sebagai seorang muslim, menganggap Syawal sebagai bulan bahagia bukanlah suatu hal yang dilarang. Namun, intensitas bahagia itulah yang musti diperhatikan. Ketika kita kemudian menjadi lalai, maka harus ada yang dikontrol dari diri kita. Setelah sebulan penuh kita berada dalam madrasah Ramadhan, akan sangat disayangkan ketika kita keluar kita menjadi manusia yang lebih buruk dibandingkan sebelumnya. Tapi memang tak bisa dipungkiri, hal ini rawan terjadi pada siapa saja. Bahkan aku sendiri. Aku tak akan munafiq, aku akui, ini memang susah. Melawan hawa nafsu di bulan setelah Ramadhan bahkan terasa lebih sulit dibandingkan sebelumnya. Padahal orang yang kuat justru dia yang sanggup melawan hawa nafsunya.
Jadi, sebenarnya apa yang ingin kukatakan di sini? Aku hanya ingin berbagi kesedihan. Kesedihan ini musti dirasakan oleh setiap muslim, agar ia merasa kehilangan Ramadhannya. Agar Ramadhan yang telah pergi itu tak dilupakan begitu saja dengan datangnya si Syawal. Jangan sampai aku, kamu, kita semua menjadi manusia yang merugi (karena sepertinya aku sedang ada gejala ke arah situ). Semoga ibdaah kita tak hanya meningkat di bulan Ramadhan, namun juga di bulan-bulan berikutnya. Semoga setiap bulan setelah Ramadhan laksana Ramadhan bagi amal ibadah kita. Agar gelar TAQWA yang menjadi tujuan kita semua, semakin mudah kita gapai bersama. Dan yang paling penting, aku sebagai penulis postingan ini tetap istiqomah hingga akhir.. tak hanya menyuarakan kata yang tanpa makna dan realita, namun, sanggup menjalankan apa yang ditulis, diucapkan, dan diazzamkan.. semoga. Bi'idznillah.. bismillah..
Ramadhankan harimu! Semangat! :)
0 comments:
Post a Comment
nice person = nice comment