Two Thumbs up buat Om Tere!

Lagi-lagi ini buku om Tere yang aku baca untuk kesekian kalinya, walaupun bisa dibilang masih banyak buku yang belum aku baca juga sih. Alhamdulillah.. senengnya udah bisa nyelesein ini buku. Ceritanya masih sama, walaupun kelihatannya orang dewasa banget, tapi om Tere nggak pernah ninggalin dunia anak dalam setiap novelnya. Terharu baca novel ini, walaupun aku nggak nangis dibuatnya. Tapi ini novel baguss banget! Om Tere nggak pernah lupa menyisipkan kata-kata "janji masa depan yang lebih baik", itu sering banget aku baca di novelnya. 

Konflik di novel ini juga seru, menggebu-gebu. Tentang Tania dan Dede, adeknya yang awalnya hanya pengamen jalanan kemudian datanglah Oom Danar yang mengubah segalanya. Tokoh Oom Danar di sini mirip sama Karang di Moga Bunda Disayang Allah, sama-sama pecinta anak-anak, bahkan bukan hanya pecinta, tapi mengerti, paham, dan bahkan seakan bisa memposisikan diri sebagai anak-anak dan tahu harus bagaimana menghadapi anak-anak. Bedanya, kalau Oom Danar disini dari awal sampai akhir ia tetap mencintai anak-anak, sedangkan Karang sempat memilki masalah besar yang membuatnya berperilaku 180 derajat berbeda. 

Terkadang, saking seringnya Om Tere nulis tentang laki-laki yang menyukai dunia anak-anak, aku membayangkan Om Tere-lah sosok yang ia ceritakan di novel-novelnya. Aku berimajinasi baik Danar maupun Karanag adalah prototipe dari Om Tere. Seakan nyata, dan walaupun ia membuat karakter yang hampir mirip tak cuma sekali, aku tak pernah bosan dengan cerita-ceritanya.

Bagaimanapun juga gaya berceritanya selalu khas, khasnya Om Tere. Bahasanya ringan, penuh makna namun tak terkesan menggurui. Ia menyampaikan kisah Tania yang menyimpan rasa kepada Om Danar dengan sangat apik, bagaimana Tania bergulat dengan rasa itu dan kemudian harus menguburnya dalam-dalam. Mungkin novel ini terlihat seperti novel cinta-cintaan semata, namun akan salah jika dinilai seperti itu, karena novel ini selain mengisahkan kisah cinta, juga mengajarkan banyak hal kepada kita. Terutama tentang dunia anak-anak. Dan yang tak pernah lupa Om Tere selipkan adalah kisah kasih sayang seorang ibu dalam setiap novelnya, walaupun tak diceritakan secara detail dan panjang, namun Om Tere selalu menyelipkan bagaimana kita harus bersikap dengan ibu kita. Selain itu, walaupun novel itu bersetting di kota metropolitan sekalipun, tak pernah Om Tere mengisahkan kehidupan glamour dalam tokoh-tokohnya. Om Tere selalu menyelipkan nilai-nilai kesederhanaan, termasuk melalui novel ini.


Yang jelas, tak pernah ada rasa kecewa setiap aku membaca buku Om Tere. Sejauh ini aku masih bertahan dengan pujian-pujian, mungkin karena aku belum membaca seluruh buku-bukunya. Dan aku juga bukan tipe orang yang mudah mengkritik buku yang aku baca.

Aku sempat melipat halaman novel ini, bukan karena aku membacanya sampai situ, karena aku menggunakan pembatas, namun lebih kepada ada bagian tertentu dari novel-vovel Om Tere termasuk novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini yang bahasanya enak banget, kalau boleh dibilang kata-katanya menyentuh. Berikut ini adalah beberapa kutipan yang aku dapatkan :
"Bahwa hidup harus menerima, penerimaan yang indah. Bahwa hidup harus mengerti, pengertian yang benar. Bahwa hidup harus memahami, pemahaman yang tulus. Tak peduli lewat apa penerimaan, pengertian, dan pemahaman itu datang. Tak masalah meski lewat kejadian sedih dan menyakitkan."
Ada satu lagi :

"...orang yang memendam perasaan seringkali terjebak oleh hatinya sendiri. Sibuk merangkai semua kejadian di sekitarnya untuk membenarkan hatinya berharap. Sibuk menghubungkan banyak hal agar hatinya senang menimbun mimpi. Sehingga suatu ketika dia tidak tahu lagi mana simpul yang nyata dan mana simpul yang dusta."
Om Tere selalu memasukkan tentang makna sederhana dan tulus dalam novelnya, inilah salah satu yang membuatku suka dengan karya-karya Om Tere.

Yang berbeda dari buku-buku yang lainnya yang kebanyakan diterbitkan Republika, novel Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin ini diterbitkan oleh Gramedia, seperti The Gogons yang sampai saat ini belum pernah aku baca dan katanya udah nggak cetak lagi.
Pokoknya Selamat Membaca deh!

5 comments:

Hilmy Nugraha said...

aku belum baca,
:(

Ananda Sivi said...

ayooo mass.. buruan serbu!

Kang Romly said...

Buku bagus tuh......salam kenal ya
sklian kunjungi ni........
http://www.go-nrc.co.cc/
juga blog ini
http://kang-romly.blogspot.com/
terima kasih...sklian tukeran link

aaadesd said...

blognya bagus,salam kenal,,
http://campusminionline.com

Haya Najma said...

belum baca juga, hwhwhw

Post a Comment

nice person = nice comment