Saat itu, aku sedang menempuh minggu ujian. Saat itu.. aku memutuskan suatu hal. Bahwa rezeki, apapun itu bentuknya, entah harta, nilai, apalah.. udah pasti ada yang nentuin dan ngatur dengan cara yang di luar batas kemanusiaan. Meskipun kita tetap diminta (bahkan disuruh) untuk mengusahakannya, atau yang kita sebut sebagai Ikhtiyar, namun pada dasarnya ujung dari semua itu adalah menyerahkannya pada Yang Maha Mengatur bukan?
Saat itu, aku menyadarinya.. menyadari suatu hal dan akhirnya memutuskannya secara tiba-tiba dan tanpa benar-benar membutuhkan pemikiran panjang seperti aku biasa memutuskan sesuatu.
Kalian tahu, saat kami, anak FK sedang ujian, kami benar-benar merasa seakan fokus kami seperti tak ada yang lainnya. Entah untuk anak FK lainnya gimana. Yang jelas, inilah yang aku dan teman-temanku alami.
Saat itu, aku sedang memasuki akhir blok respirasi (7 SKS), sekaligus sebagai blok terakhir semester 3. Dan saat itu juga, aku diberi amanah oleh DPPAI untuk menjadi pemandu pesantrenisasi angkatan 2011 (setahun di bawahku).
Dan aku mengetahui bahwa aku akan menjadi pemandu itu sudah jauh-jauh hari. Tahukah kalian, aku merancangnya. Aku memutuskan untuk memandu hanya 3 hari pertama, selebihnya 10 hari berikutnya aku meminta bertukar jadwal dengan salah satu kenalanku yang sekaligus juga kakak tingkatku. Sekadar memberitahu, pesantrenisasi di UII ini hanya 10 hari, mahasiswa diwajibkan menginap di Rusunawa, namun mulai jam 6 pagi sampai maghrib mereka boleh beraktivitas di luar, termasuk kuliah. Nah.. selebihnya, mereka harus stay di Rusunawa untuk mengikuti kegiatan. Peran kami, selaku musyrifah (pemandu perempuan, red.) adalah memegang halaqah per kelompok setiap habis maghrib dan habis subuh. Begitulah seterusnya hingga 10 hari ke depan.
Bagian yang sedikit memberatkan adalah ketika aku harus benar-benar mengatur waktu malamku. Yang biasanya aku di kos mempersiapkan kuliah, kini setiap malam aku stay di rusunawa dan harus menjalankan amanahku. Aku tak mengatakan ini sebagai sesuatu yang sangat menyusahkan, hanya saja.. ketika kau bersama dengan kawanmu tinggal dalam satu lokasi, kalian bisa tebak sendiri, akan sangat susah untuk mencari kesunyian. Padahal aku adalah tipe orang yang tak bisa belajar dalam keramaian dan banyak orang ngobrol, yang ada aku malah ikutan ngobrol sama mereka.
Selain itu, kalian seperti tak tahu wanita saja, ketika ada belasan dari kami berkumpul dalam satu tempat akan ada banyak cerita macam-macam. Ditambah saat itu ada hal menarik, dimana salah seorang dari kami, pemandu, adalah mahasiswi 2009 yang sudah menikah, dan suaminya adalah ustadz DPPAI (yang ngurusin rusunawa). Walhasil tambah gayeng aja nih rusunawanya..
Tapi.. ada satu hal sebenarnya yang membuatku feel relax, haha. Soalnya pas kita mandu rusunawa bukan pas kuliah tengah2, alias tutorial, praktikum dsb. Hal ini sebenarnya antara menguntungkan dan merugikan. Untungnya ya itu, jadi malamnya kita gak perlu susah2 mikirn buat bahan diskusi, ditambah gak harus ngapalin materi praktikum. Tapi ruginya adalah itu artinya adalah kuliah akan berakhir dan ujian menghadang. hehe.
Ditambah lagi yang menjadi alasanku kuat untuk memilih memandu hanya 3 hari awal adalah karena saat itu bertepatan dengan libur 3 hari berturut-turut saat Natal tiba. Pastinya aku pengen pulang ke Klaten. :D
AKu ingin benar-benar fokus pada ujianku. 7 SKS terakhirku yang harus menjadi salah satu penentu perubahan IPku menjadi lebih indah. Karena aku merasa selama satu blok respirasi kemarin aku nggak begitu maksimal belajar dsb.. Payah pokoknya. Itulah mengapa aku ingin benar-benar memaksimalkan liburan yang menggiurkan itu untuk belajar. Selain itu, aku takut, ketika aku menjadi pemandu, belajarku ,alah keteteran, dan akibatnya nilaiku turun gara-gara aku nggak bisa maksimal belajar. Begitulah kira-kira alasanku.
Namun.. akhirnya keputusan itu tiba. Aku bilang pada mbak yang menggantikanku kalau aku batal bertukar jadwal dengannya. Kalian mau tahu alasannya apa?
Ini boleh jadi karena aku terlanjur mencintai apa yang aku lakukan saat itu. Bayangkan, ketika aku sudah benar-benar merasakan chemistry dengan adek2 panduanku dalam halaqah yang notabene juga adalah adek tingkatku, tiba2 aku akan pergi. Dan kemudian mereka harus beradaptasi dengan mbak yang baru.
Kalian tahu kan rasanya berbagi ilmu itu? Tak ada yang lebih menyenangkan ketika kalian bisa memberikan sesuatu kepada orang lain, apalagi ilmu. Subhanallah pokoknya. :D
Kalau boleh jujur, sebenarnya ada satu hal lagi yang memberatkanku meninggalkan rusunawa begitu saja. Tak lain adalah keyakinan yang aku lontarkan di awal.
Awalnya aku merasa takut kalau nilaiku anjlok karena rusunawa, atau lebih tepatnya aku tak bisa belajar maksimal di sana. Walaupun sebenarnya aku akui, saat rusunawa (pas liburan kuliah) aku alih-alih belajar, malah nonton Live Actionnya Shinichi Kudo di rusunawa sampai siang banget. Habisnya aku bosen baca slide kuliah.. haha.
Namun, keyakinan itu yang membuatku tetap meneruskan langkah ke depan. Mengambil keputusan belajar di rusunawa. Aku menyalahkan diriku (sedikit sih), kenapa aku durhaka pada Allah, kenapa aku meragukan kemampuan Maha BisaNya. Ia bisa saja membuat nilaiku anjlok bahkan ketika aku memutuskan untuk tak memandu rusunawa. Allah bisa melakukan apa saja. Di luar dugaan dan perhitungan terbatasku.
Naah.. justru di rusunawa inilah, aku merasa menjadi bagian dari barisan penyampai ilmu agama. Kenapa kesempatan ini aku tunda dan aku memilih sesuatu yang belum jelas jadinya apa.. Padahal, Allah dengan baik hati tetap menyediakan hari libur untuk belajar meski aku sedang mandu.
Dan akhirnya aku merasakan kemudahanNya, meski ujian tulis susah bukan main, namun ketika ujian ketrampilan medik, aku merasa semua serba lancar. Aku yang biasanya malam-malam sebelum ujian sibuk berlatih sana-sini dengan teman. Saat di rusunawa aku hanya bisa belajar seadanya dibantu kakak tingkatku yang juga sedang mandu. Namun, lihat hasilnya.. subhanallah.. pertanyaan Mataa Nasrullah terjawab.
Pertolongan Allah ada dimana saja, asal kau yakin Dia akan menolongmu dan sejauh kau tetap berusaha maksimal..
Kau pasti ditolongNya, dengan caraNya, yang tak pernah kau duga dan sangka-sangka.
Subhanallah.. :)
1 comments:
Alhamdulillah...
Post a Comment
nice person = nice comment