Siaran (lagi..) di IC FM

Alhamdulillah, setelah sekian lama, aku diizinkan siaran lagi di IC FM, untuk kelima kalinya dalam Dinamika Rohis. Kali ini dua sahabatku, Nikha dan Tikha (kembar) menyertaiku lagi. Dan, selepas izin dari mentoring di rumah Apri, kami berangkat ke lokasi, tepatnya di kompleks Ponpes Ibnu Abbas. Dan, untungnya rumah Apri tak begitu jauh dari IC, lumayan menghemat waktu.
Bismillah, kami berangkat.

Sampai di sana, kami lihat mbak Izzah sendirian. Ternyata ia telah memulai acaranya.
Setelah itu, kami pun ditanyai mbak Izzah tentang apa yang akan dibahas dan diperbincangkan. Kali itu, kami akan sharing-sharing soal evaluasi Ujian Nasional kemarin dan tentang pentingnya kejujuran. Sebenarnya tema itu bukan ide kami, tapi ide dek Miftah, dia lah yang menunjuk kami untuk siaran, karena dek Miftah masuk di bidang PUSDAI FARISKA.


Akhirnya siaran dimulai. Kali ini sedikit berbeda. Suasana lebih terasa cair dan enteng. Aku tak terlalu ragu dalam mengungkapkan pikiranku, begitu pula kembar. Justru merekalah yang terkesan bersemangat sekali dalam menyampaikan pikirannya, idenya, dan yang pasti pengalamannya.

Kami memang mencoba menyampaikan pentingnya kejujuran dalam mengerjakan soal ujian, tak hanya soal ujian nasional, namun ujian apapun. Bahwa kejujuran itu tetap akan berbuah manis, walau kadang dibalut dengan nilai yang kurang memuaskan. Namun, di hati akan tetap terasa lezat, kita akan merasakan nikmatnya 'bersih'. Dan alhamdulillah aku sudah mulai terbaiasa dengan mengerjakan sendiri saat ujian maupun ulangan. Aku juga sudah terbiasa mendapat nilai yang kurang bahkan ikut Remedi (mengulang) karena nilaiku belum masuk KKM (standar).

Selain itu, kami juga menceritakan tentang kelulusan di Klaten, pokoknya segala hal yang kami tahu tentang UAN kemarin kami coba share di situ. Di acara itu juga dibuka kesempatan bagi para pendengar yang ingin share dan bertanya. Saat itu, ada yang tanya, ternyata Eko, sang eks-ketua SKI. Akhi Eko bertanya gimana kalau hasil UANnya kurang padahal sudah berussaha jujur. Terus ya kami jawab. Saat itu aku juga mencoba mengutip kalimat "Honesty is The Best Policy".

Kemudian, ada hal yang sedikit membuatku tercekat, terkejut, dan tak menyangka sama sekali. Bahwa ada seorang yang mengirim pesan singkat yang isinya bagiku bisa disebut kritikan. Ia mengatakan pada kami untuk mengurangi tertawa dan bercandanya. Ya, aku akui memang saat itu kami sedikit lepas. Banyak tertawa dan bercanda. Ya, mau gimana lagi, kalau aku sudah dipertememukan dengan kembar, aku benar-benar seperti menjadi diriku sendiri. Kusadari siaranku saat itu dengan siaranku yang dulu-dulu sedikit berbeda, banyak malah. namun, tanggapan mbak Izzah sungguh-sungguh menentramkan kami. Ia mengatakan bahwa itu sudah biasa, tak perlu dipikir berat-berat. Kita terima saja. Dan ternyata dulu saat mbak Izzah awal-awal menjadi penyiar banyak kritikan yang meluncur terhadap dirinya. Hmm...

Saat itu aku mendapat pelajaran berharga. Kurangi bercanda dan banyak tertawa. Sip sip sip. bagiku ini sulit lho, kadang bagi kita biasa ternyata di mata orang lain berbeda. Selain itu, aku juga semakin mengerti bahwa menjadi baik itu tak selamanya dengan jalan yang mudah. Penuh lika-liku dan batu terjal. Bismillah, semoga kami bisa lebih baik lagi. Syukron saja buat yang sudah memberi kritikan. Insya Allah kami akan berusaha...

Dan syukron jazakillah teruntuk mbak Izzah atas kesempatan yang ke sekian kalinya membimbingku saat siaran. Pokoknya dua jempol ke atas untukmu mbakku. Semangatmu luar biasa, senyummu pun tak pernah pudar, selalu menghiasi bibirmu.


Before being better we have to be worse first...

Semoga bermanfaat!

0 comments:

Post a Comment

nice person = nice comment