Story at Ngawi (part 1)

Kemarin, aku baru pulang dari visiting my Grandpa and Grandma's house, di Ngawi Jawa Timur. Kalau ditanya gimana, aku akan jawab... AMAZING, AWESOME... REALLY GREAT!!

Ahad, 23 Mei, aku dan kakak sepupuku janjian akan menginap di rumah simbah di Ngawi. Aku dengan diantar bapak, ibu, adek berangkat ke sana, tapi kami sekalian jemput mbakku itu di Sragen. Kebanyakan waktuku di sana kuhabiskan tidur, nonton televisi, dan bercengkrama dengan mbakku itu (kebetulan kami seumuran, jadi nyambung banget).
Sesekali aku juga membaca buku yang aku bawa dari Klaten. Aku juga menyempatkan diri membantu membersihkan rumah, mencuci piring, dan memasak. Ya, bagaimanapun juga kakek dan nenekku cuma tinggal berdua, apalagi hampir semua pekerjaan dilakukan kakekku, karena kondisi nenekku yang sudah tidak memungkinkan untuk bekerja berat.

Saat yang biasanya aku tunggu ketika liburan di Ngawi adalah membeli 'sate kojek' di pasar Templek dekat rumah. Kedengarannya aneh memang, tapi aku dan mbakku selalu menunggu momen ini. Biasanya kami berangkat ke pasar (dengan jalan kaki tentunya) sekitar pukul 7.00 pagi, karena mbak penjualnya baru datang setelah pukul segitu, mungkin ia jualan dulu di sekolahan (tapi ini analisisku sih... hehe). Tapi jangan pernah berpikir bahwa 'pasar' yang kusebutkan itu benar-benar pasar yang rame dan penuh dagangan, karena pasar Templek dekat rumah nenekku itu hanya kumpulan beberapa penjual saja. Tak seramai pasar pada umumnya. Walau ada pula beberapa toko kecil gitu. tapi, dagangannya kurang lengkap menurutku. Malah yang aneh kalau pas tukang sayur motor lewat ibu-ibu penjaga toko membeli padanya, padahal kalau dipikir-pikir mereka kan jualan di pasar ya... hehe, fenomena yang aneh (menurutku lho... ).

Nah, hari itu, hari kedua kami di Ngawi aku membeli sate kojek Rp 3.000,00!! ini benar-benar porsi paling besar yang pernah aku makan. Oh iya, sekadar info sate kojek yang ada di pasar itu terbuat dari pati kemudian dibakar sebentar di atas arang dan diberi bumbu seperti sate, gabungan sate dan bakso ojek, makanya diberi nama sate kojek. satu porsi harganya Rp 1.000,00 berisi sepuluh tusuk, masing-masing tusuk ada 3 butir kecil. Biasanya aku cuma membeli seporsi, karena waktu itu aku membeli tiga porsi sekaligus otomatis aku jadi agak 'eneg'. Walau aku juga bisa menghabiskannya. Tapi, hal ini membuat kami enggan membeli sate kojek lagi. :)

Dan, yang sempat membuat kami terkejut adalah kedatangan mas sepupuku, alias adek mbakku itu pas hari kedua kami di sana. Tiba-tiba aja dia nongol dengan senyum khasnya. Gimana nggak kaget, lha kan dia katanya nggak ikut, selain karena dia bilang yang ikut perempuan semua, mobil juga udah nggak muat ngangkut dia, hehe. Ternyata benar, dia naek busa jurusan Sragen Ngawi, sendiri. Untuk ukuran anak lulusan kelas 3 SMP bagiku lumayan berani. Walaupun kalau kalian melihat postur tubuhnya ia terlihat seperti mas-mas kuliahan. hehe (lagi).

Akhirnya semua bertambah ramai. Canda tawa menghiasi kegiatan kami, baik makan, segalanya pokoknya. Ditambah lagi ketika mau tidur, kami sempat nonton Titanic bertiga. hehe, jadul banget ya. Tapi, saat itu nenek dan kakekku sudah terlelap, mungkin capek juga. Hari-hari mereka dihabiskan dengan ke masjid, makan bersama, dan mengurusi kelinci bersama. Nenekku belum lama ini memiliki hobi baru, yaitu memelihara kelinci. Kata nenekku untuk hiburan, karena cucu-cucu mereka jauh. Hmm... boleh juga. Dan ternyata kelinci-kelinci itu sudah beranak pinak, lucu, putih, imut.. tapi, tetep, aku tak berani memegang mereka. :)

>>to be continued...

0 comments:

Post a Comment

nice person = nice comment