Petualangan dimulai!!
Awalnya kami menunggu bus di dekat rumah nenek, lama juga kami menanti bus Gaya Kerja yang tak kunjung muncul. mas Aad (nama masku) berdiri memaku di pinggir jalan, sementara aku dan mbak Etri (nama mbakku) duduk duduk di bersama nenek di dekat sungai. Bayangkan sobat, suasana di sana masih alami lho. Sungai, kebun, jalanan tanah (walau aspal juga ada), rumah yang modelnya tradisional, dan segala hal yang menurutku beda jauh dengan lingkungan tempat tinggalku di Klaten. Kadang aku dan mbak Etri sampai tertawa sendiri membayangkan kami berada di tempat yang menurut kacamata kami (kami memang pakai kacamata nih!) jauh dari peradaban, hehe. Walaupun di sana juga banyak motor berseliweran, mobil, bus, warnet juga ada tapi lokasinya agak jauh, dan itu juga cuma ada di pasar Walikukun (pasar besar).
Setelah bus datang kami segera naik dan tak lupa mencium tangan nenekku. Hh... (mendesah nih!) aku meninggalkan nenek dan kakekku lagi, berdua saja, Rumah mereka juga jauh dari tetangga. Terlalu banyak kebun, kalaupun ada tak sedekat seperti di rumah kami, jaraknya sekitar 50 meteran. Namun alhamdulillah, kakek dan nenekku termasuk orang yang rajin beribadah, tak pernah absen ke masjid, kebetulan masjidnya tepat di depan halaman rumah mereka. Bahkan bisa dibilang kakekku adalah ta'mir masjidnya. Nenekku juga akhir-akhir ini kutahu selain sibuk mengurus kelinci juga mengajar ngaji temannya sesama nenek setiap pagi. Lumayan lama juga. Biasanya setelah selesai, nenek itu ikut ngobrol di rumah dengan nenekku, Sekadar bercengkrama membicarakan urusan nenek-nenek, hehehehe... :)
Oke, lanjut ke perjalanan kami (terlalu panjang beloknya). Setelah sempat ngetemdi pasar Walikukun akhirnya bus melaju dan terus melaju menembus batas provinsi menuju Sragen. Kesannya jauh gitu ya, padahal cuma deket, Ngawi dan Sragen kan tetanggaan. hehe.
Pas waktu dzuhur kami bertiga turun di dekat penurunan bus di daerah... apa ya, aku kurang tahu namanya. Kemudian kami mengambil angkor jurusan pasar Pelangsari (kalau tidak salah tulis). Setelah cukup lama duduk bersama anak-anak SMA (cieh.. aku kan udah lulus jadi suka-suka dong nyebut mereka anak SMA, hehe) kami turun di tempat tujuan dan kemudian melanjutkan naik becak! nah, ini yang paling seru, soalnya bisa kalian bayangkan, kami bertiga naik di becak yang sama, dan apesnya karena badanku yang paling kecil aku dipangku.. hehe, nggak apes sih, soalnya aku jadi nggak nahan beban berat.
Awalnya kami bilang pada pak becak turun di Bangak (kampung rumah mbak Etri), tapi akhirnya karena kami lapar kami minta turun di sebuah warung steak. Dan dengan Rp 7.000,00 kami turun dari becak dan masuk ke warung steak.
Kemudian hal menarik kami alami lagi. Kami bertiga memesan menu yang sama, chicken steak dan kami putuskan menambah satu menu dengan harga cukup miring. Di benak kami, akan muncul kentang goreng dengan saus yang sedap, tapi apa yang muncul ternyata beda jauh!! Kami ternyata salah pesan, seharusnya kami pesan Frenchfries, tapi kami memilih Kentang Plate tanpa memeperdulikan bentuk pesanan kami. Padahal jelas-jelas namanya ada 'Plate'nya, dan jelas-jalas harga frenchfries dengan kentang plate yang kami pesan sama, sama-sama miring!! Betapa bodohnya kami saat itu. Dan ini benar-benar memalukan, karena saat semua hidangan muncul ada 6 plate terhidang di meja kami!! Mbak Etri sampai tidak bisa menahan tawa melihat hal ini. Dan bodohnya lagi, aku tak menyadari kekeliruan yang kami alami, justru yang di benakku adalah kentang goreng pesanan kami belum muncul ketika dua pelayan membawa keenam pesanan kami. Dasar oneng!! :D
Kemudian, setalah kenyang makan, kami musti menempuh perjalanan sekilo lebih menuju rumah mbakku. Dalam perjalanan itu, kami sempatkan foto-foto ria di sebuah warung yang tidak dipakai lagi. Sambil berteduh karena saat itu hujan gerimis.
Awalnya kami menunggu bus di dekat rumah nenek, lama juga kami menanti bus Gaya Kerja yang tak kunjung muncul. mas Aad (nama masku) berdiri memaku di pinggir jalan, sementara aku dan mbak Etri (nama mbakku) duduk duduk di bersama nenek di dekat sungai. Bayangkan sobat, suasana di sana masih alami lho. Sungai, kebun, jalanan tanah (walau aspal juga ada), rumah yang modelnya tradisional, dan segala hal yang menurutku beda jauh dengan lingkungan tempat tinggalku di Klaten. Kadang aku dan mbak Etri sampai tertawa sendiri membayangkan kami berada di tempat yang menurut kacamata kami (kami memang pakai kacamata nih!) jauh dari peradaban, hehe. Walaupun di sana juga banyak motor berseliweran, mobil, bus, warnet juga ada tapi lokasinya agak jauh, dan itu juga cuma ada di pasar Walikukun (pasar besar).
Setelah bus datang kami segera naik dan tak lupa mencium tangan nenekku. Hh... (mendesah nih!) aku meninggalkan nenek dan kakekku lagi, berdua saja, Rumah mereka juga jauh dari tetangga. Terlalu banyak kebun, kalaupun ada tak sedekat seperti di rumah kami, jaraknya sekitar 50 meteran. Namun alhamdulillah, kakek dan nenekku termasuk orang yang rajin beribadah, tak pernah absen ke masjid, kebetulan masjidnya tepat di depan halaman rumah mereka. Bahkan bisa dibilang kakekku adalah ta'mir masjidnya. Nenekku juga akhir-akhir ini kutahu selain sibuk mengurus kelinci juga mengajar ngaji temannya sesama nenek setiap pagi. Lumayan lama juga. Biasanya setelah selesai, nenek itu ikut ngobrol di rumah dengan nenekku, Sekadar bercengkrama membicarakan urusan nenek-nenek, hehehehe... :)
Oke, lanjut ke perjalanan kami (terlalu panjang beloknya). Setelah sempat ngetemdi pasar Walikukun akhirnya bus melaju dan terus melaju menembus batas provinsi menuju Sragen. Kesannya jauh gitu ya, padahal cuma deket, Ngawi dan Sragen kan tetanggaan. hehe.
Pas waktu dzuhur kami bertiga turun di dekat penurunan bus di daerah... apa ya, aku kurang tahu namanya. Kemudian kami mengambil angkor jurusan pasar Pelangsari (kalau tidak salah tulis). Setelah cukup lama duduk bersama anak-anak SMA (cieh.. aku kan udah lulus jadi suka-suka dong nyebut mereka anak SMA, hehe) kami turun di tempat tujuan dan kemudian melanjutkan naik becak! nah, ini yang paling seru, soalnya bisa kalian bayangkan, kami bertiga naik di becak yang sama, dan apesnya karena badanku yang paling kecil aku dipangku.. hehe, nggak apes sih, soalnya aku jadi nggak nahan beban berat.
Awalnya kami bilang pada pak becak turun di Bangak (kampung rumah mbak Etri), tapi akhirnya karena kami lapar kami minta turun di sebuah warung steak. Dan dengan Rp 7.000,00 kami turun dari becak dan masuk ke warung steak.
Kemudian hal menarik kami alami lagi. Kami bertiga memesan menu yang sama, chicken steak dan kami putuskan menambah satu menu dengan harga cukup miring. Di benak kami, akan muncul kentang goreng dengan saus yang sedap, tapi apa yang muncul ternyata beda jauh!! Kami ternyata salah pesan, seharusnya kami pesan Frenchfries, tapi kami memilih Kentang Plate tanpa memeperdulikan bentuk pesanan kami. Padahal jelas-jelas namanya ada 'Plate'nya, dan jelas-jalas harga frenchfries dengan kentang plate yang kami pesan sama, sama-sama miring!! Betapa bodohnya kami saat itu. Dan ini benar-benar memalukan, karena saat semua hidangan muncul ada 6 plate terhidang di meja kami!! Mbak Etri sampai tidak bisa menahan tawa melihat hal ini. Dan bodohnya lagi, aku tak menyadari kekeliruan yang kami alami, justru yang di benakku adalah kentang goreng pesanan kami belum muncul ketika dua pelayan membawa keenam pesanan kami. Dasar oneng!! :D
Kemudian, setalah kenyang makan, kami musti menempuh perjalanan sekilo lebih menuju rumah mbakku. Dalam perjalanan itu, kami sempatkan foto-foto ria di sebuah warung yang tidak dipakai lagi. Sambil berteduh karena saat itu hujan gerimis.
Note : Yang berkacamata putih itu mbak Etri, aku yang berjilbab hitam dan berkacamata hitam, dan satu-satunya anak laki-laki itulah mas Aad.. ^_^
Oh iya, ada lagi hal yang paling membuatku sebel bin jengkel, mbak Etri nggak mau naik becak lagi dengan alasan ngirit, padahal berjalan segitu lamanya benar-benar membuat pegel kaki dan badan. Di jalan kami, aku dan mas Aad terus mengomel pada mbak Etri. Malahan sempat ada juga pak becak menawari kami, tapi tak kami gubris. Hh... namun, akhirnyaaaa setelah menempuh perjalanan panjang, kami sampai juga di kediaman budhe tercinta.
Sekitar 2 jam kemudian (mungkin hampir 3 jam) rombongan penjemputku datang.
Kemudian setelah sempat menonton My Name is Khan sebentar di laptop mbak Etri aku bersiap pulang ke kampung halamanku, Klaten city, i'm comingg!!!!
-SELESAI-
0 comments:
Post a Comment
nice person = nice comment