Syahid, Cita-cita Tertinggi Surya Fachrizal

Untuk kedua kalinya saya mengutip tentang relawan Indonesia yang ikut dalam kapal mavi marmara. Dan saya lagi-lagi mendapatkan cuplikan profil mereka di Republika online.
Mengapa saya begitu tertarik mengambil artikel itu dan ikut mem-postnya di blog saya?
Alasannya cuma satu, mereka menginspirasi saya. Bagaimana tidak? Seorang relawan pasti memiliki nilai plus dibandingkan orang lain. Hal inilah yang membuat saya juga ingiiiin sekali menjadi bagian dari mereka. Namun, masih banyak yang perlu saya persiapkan, di antaranya adalah kesiapan memahami cara berpikir seorang relawan.
Check this out!


Syahid, Cita-cita Tertinggi Surya Fachrizal
Surya Fachrizal

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Adanya tiket untuk berangkat ke Gaza menjadi kabar yang membuat hati Surya Fachrizal berbunga-bunga. Padahal ini bukan perjalanan wisata, tapi misi kemanusiaan yang mempertaruhkan nyawan. Namun wartawan Hidayatullah.com ini begitu gembira menyambut penugasan untuk berangkat ke Gaza.

"Dia begitu bersemangat, karena menganggap tugas ini merupakan jihad yang sangat jelas," kata Pemimpin Redaksi Hidayatullah, Mahladi kepada Republika Online. Sejak lama, kata Mahladi, ayah dua anak ini memang bermimpi bisa pergi ke Gaza. Dia bahkan pernah mengungkapkan bahwa cita-cita tertingginya adalah syahid.

Sehari-hari, Surya dikenal sebagai pribadi yang tidak suka banyak bicara. Pemikirannya tentang jihad pun tertanam begitu kuat di benaknya. Dia seringkali gelisah melihat arogansi Israel dalam memperlakukan rakyat Palestina. Kata Mahladi, dia juga sangat tidak suka dengan cara Israel memutarbalikkan fakta.

Saat berada di Turki, menjelang kapal Mavi Marmara berangkat, dia sempat mengirimkan email kepada Mahladi dan menceritakan kelicikan Israel dalam memutarbalik fakta. Dalam emailnya dia mengatakan bahwa Israel menebarkan berita fitnah soal kafilah Freedom Flotilla. Dalam berita itu Israel mengabarkan, banyak relawan yang takut dengan penyerangan, dan akhirnya mengundurkan diri.

Padahal, menurut Surya, dalam email itu, IHH, LSM Turki yang menyelenggarakan misi tersebut, kewalahan menolak relawan yang ingin ikut bergabung ke Gaza. "Saya akan bongkar kebohongan ini," kata Mahladi membacakan kalimat yang tertulis dalam email Surya.

Saat ini, Surya masih terbaring di salah satu rumah sakit di wilayah pendudukan Israel. Dia tertembak di bagian dada. Rencananya, baru besok dia diterbangkan ke Yordania untuk kemudian dipulangkan ke Jakarta.

Kabar tertembaknya Surya, tak membuat sang istri, Euis Hidayati binti Abdul Hamid, terpuruk. Dia mengaku tetap tegar menghadapi berita ini dan tetap memantau perkembangan dan situasi. "Istrinya terus berkoordinasi dengan kami, dan mengaku sangat tegar," ungkap Mahladi.

'Meninggalkan' Nara Sumber

Satu kebiasaan yang dinilai Mahladi menarik dari pria kelahiran Jakarta 5 April 1982 ini adalah kemampuannya untuk konsisten menjaga shalat. "Dia beberapa kali meninggalkan nara sumber yang diwawancarai, karena mendengar panggilan adzan," tutur Mahladi menambahkan. Surya seperti tidak pernah mau melewatkan waktu sedetik pun untuk menunda-nunda shalat begitu adzan bergema.

Tak hanya ditinggalkan, menurut Mahladi, beberapa kali juga Surya malah mengajak nara sumber yang diwawancarainya untuk shalat bersama begitu adzan bergema. "Tentu ajakan ini hanya berlaku untuk nara sumber yang jelas-jelas beragama Islam," imbuh Mahladi.

Surya bergabung dengan Hidayatullah sejak masih kuliah di IISIP, Jakarta, tahun 2005. Dia baru menyelesaikan kuliahnya tahun 2006. Begitu lulus kuliah, Surya tetap bergabung dengan Hidayatullah hingga saat ini.

http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/06/02/118223-syahid-citacita-tertinggi-surya-fachrizal

0 comments:

Post a Comment

nice person = nice comment